SUMENEP - Pemerintah Kabupaten Sumenep bekerja sama dengan USAID ERAT menggelar Lokakarya Penyusunan Strategi Percepatan Penanganan Stunting dengan Gerakan Eliminasi, Tuntaskan Tuberkulosis dan Stunting (GETTS), di Hotel Musdalifah.
Bupati Sumenep, Rachmad Fauzi, diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep Edy Rasiyadi, pada pembukaan lokakarya menegaskan, Pemerintah Kabupaten Sumenep terus melakukan berbagai akselerasi dalam upaya menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah masalah stunting.
Sesuai data, pada 2022, angka prevalensi stunting Kabupaten Sumenep berada pada kategori tinggi, yaitu 29, 4 persen dan masih tertinggi ke-5 di Jawa Timur. Sedangkan angka prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur 23, 5 persen dan prevalensi stunting nasional 24, 4 persen.
Sehingga isu stunting harus menjadi salah satu program prioritas daerah. Dan Pemerintah Kabupaten Sumenep telah menetapkan target prevalensi stunting pada 2024 sebesar 14 persen. Sedangkan dalam hal penanganan Tuberculosis (TBC) juga menjadi pekerjaan rumah yang perlu menjadi perhatian serius bagi kita semua.
“Kabupaten Sumenep memiliki tantangan besar dalam pencegahan dan penanggulangan TBC. Pada 2021 diperkirakan jumlah penderita TBC sebanyak 2.202 orang, namun yang ditemukan hanya 1.528 orang, ” jelasnya, Rabu (07/09/2022).
Hal tersebut jelas Edy, menunjukkan bahwa angka temuan pada kisaran 69, 38 persen dan keberhasilan pengobatan hanya 90, 04 persen dari target 90 persen. Dan di tingkat provinsi Kabupaten Sumenep kategori jumlah penderita TBC terbanyak dibandingkan 38 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur.
Kemudian tantangan dan masalah yang dihadapi dalam penanganan stunting di antaranya, sasaran risti dengan penyakit penyerta, kebiasaan makan dan pola asuh, menyebabkan sasaran lebih sulit untuk kembali dengan status gizi normal, serta banyaknya kasus khususnya balita stunting, yang terdata tidak memiliki NIK.
Sedangkan tantangan dan masalah yang dihadapi dalam penanganan TBC, di antaranya adalah desa dengan kantong TBC dan insiden tinggi, belum semua Puskesmas memiliki kader pendamping TBC dalam kondisi yang belum ideal untuk penanganannya.
Karenanya, dalam rangka mewujudkan penanganan stunting dan TBC telah disusun sebuah program berupa Gerakan Eliminasi Tuntaskan Tuberkulosis dan Stunting (GETTS). Dalam pelaksanaannya melibatkan semua pihak, semua unsur dan semua komponen yang ada di Kabupaten Sumenep, ” jelasnya.
Sementara Coordinator Provinsi USAID-ERAT Jawa Timur, Dina Limantome, mengungkapkan, sebelumnya penerapan bersama Pemerintah Kabupaten Sumenep melaksanakan Verifikasi Data Stunting Lokakarya berdasarkan data Pendataan Keluarga (PK) dan Pemadanan Data Layanan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan kali ini melaksanakan Lokakarya Penyusunan Strategi Percepatan Penanganan Stunting dengan GETTS.
“Sesuai dengan program kegiatan yang dilakukan kerja sama kolaborasi USAID-ERAT dengan pemerintah terkait dengan beberapa hal penting seperti masalah stunting, pernikahan dini dan satu data, ” tulisnya.
Sedangkan di Kabupaten Sumenep fokus untuk meningkatkan kolaborasi berbagai kebijakan hingga daerah, peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas program berbasis masalah dan saat ini fokus menyusun strategi percepatan penurunan stunting.
Dari hasil pemaparan pemateri dalam kegiatan yang berlangsung dua hari tersebut selanjutnya dibentuk kelompok diskusi dan hasilnya akan disajikan pada sesi presentasi Kamis (08/09/2022) besok.
Hadir dalam kegiatan Kepala Bappeda Kabupaten Sumenep Yayak Nurwahyudi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Agus Mulyono, jumlah kepala OPD terkait lainnya, kepala Puskesmas, camat, serta beberapa program pendampingan, organisasi keagamaan, pemuda, perempuan dan Media Center serta dari USAID ERAT Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep. (*)